Khutbah Idul Adha 1436 H
EMPAT PRINSIP HIDUP
Drs. H. Ahmad Yani
(Ketua LPPD Khairu Ummah, Penulis 34 Buku Manajemen Masjid, Dakwah dan Keislaman)
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله 3x
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ
اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Segala puji untuk Allah swt yang telah memberi kesempatan kepada kita
sekali lagi untuk menikmati ibadah shalat Idul Adha setelah kita
berpuasa Arafah hari kemarin. Kenikmatan ibadah amat dirasakan oleh
sekitar 3-4 juta umat Islam dari seluruh dunia yang tengah menyelesaikan
tahap akhir ibadah haji di tanah suci. Kita doakan semoga jamaah haji
kita meraih mabrur, sehat dan bisa kembali ke Tanah air masing-masing
dengan warna keislaman yang menyeluruh dan memiliki semangat perjuangan
menegakkan ajaran Islam setelah berada di tempat bersejarah dari tumbuh
dan berkembangnya Islam.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw
beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini
sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan
panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam
yang kelima. Bersamaan dengan ibadah mereka di sana, di sini kitapun
melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita
melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari
Arafah yang bersamaan dengan wuquf di Arafah, pemotongan hewan qurban
setelah shalat idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid
selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu
mendekatkan diri kepada Allah swt.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Dalam kehidupan ini, ada banyak sekali prinsip-prinsip hidup yang harus
kita jalani dan kita pegang teguh. Belajar dari kehidupan Nabi Ibrahim
as dan keluarganya, pada kesempatan ini paling tidak, ada empat prinsip
hidup yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita, baik secara
pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Pertama, berdoa. Salah satu yang amat penting untuk kita lakukan dalam
hidup ini adalah berdoa kepada Allah swt. Do’a bukan hanya menunjukkan
kita merendahkan diri kepada Allah, tapi memang kita merasa betul-betul
memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah adalah
segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung
kepada-Nya. Diantara doa Nabi Ibrahim as adalah agar negeri yang
ditempati diri dan keluarganya dalam keadaan aman . Allah swt berfirman
menceritakan doa Nabi Ibrahim as:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri
ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
daripada menyembah berhala-berhala. (QS Ibrahim [14]:35).
Selain itu, Nabi Ibrahim juga berdoa agar selain aman, negeri ini juga
diberikan rizki yang cukup, doa yang dimaksud dikemukakan Allah swt:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ
أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri
ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari
buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah
dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah [2]:126)
Berdoa kepada Allah swt adalah untuk kepentingan bersama, termasuk
mereka yang tidak beriman sekalipun , karenanya Allah swt menegaskan
kepada Nabi Ibrahim as:
قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan
sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah
seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah [2]:126)
Dalam konteks kehidupan negara kita yang mengalami krisis, maka sudah
seharusnya kita berdoa untuk kebaikan negeri kita agar menjadi negeri
yang aman sentosa dan para pemimpin kita diberi petunjuk dan mau
menerima petunjuk jalan hidup yang benar agar bisa melaksanakan tugas
kepemimpinan dengan benar.
Doa yang amat penting dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim adalah agar diri dan
keturunannya terhindar dari kemusyrikan, yakni menuhankan dan
mengagungkan selain Allah swt. Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya:
“Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat Allah.
Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan dan
kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah swt.”
Karena itu, iman atau tauhid merupakan nikmat terbesar yang Allah swt
berikan kepada kita semua sehingga iman merupakan sesuatu yang amat
prinsip dalam Islam, dengan iman yang kokoh kita memiliki kemerdekaan
jiwa dalam arti tidak terbelenggu oleh apapun dan siapapun juga kecuali
kepada Allah swt.
Iman juga membuat kita memiliki kekuatan jiwa sehingga ketiga hidup
senang kita tidak lupa diri dan ketika susah kita tidak putus asa,
sesulit apapun keadaannya. Dan dengan iman membuat kita memiliki
ketenangan jiwa karena kita yakin bahwa pasti ada jalan keluar dari
problematika hidup.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Prinsip hidup Kedua adalah memiliki semangat berusaha sehingga mau
berusaha semaksimal mungkin. Hal ini karena sesulit apapun keadaan,
peluang mendapatkan sesuatu tetap terbuka lebar. Siti Hajar telah
membuktikan kepada kita betapa ia berusaha mencari rizki meski berada di
daerah yang saat itu belum ada kehidupan, inilah yang dalam ibadah haji
dan umrah dilambangkan dengan sai yang artinya usaha. Karena itu,
ketika kita sudah berdoa, jangan sampai kita mengkhianati doa kita
sendiri. Berdoa minta ilmu tapi tidak mau belajar, berdoa minta anak
shaleh tapi tidak mencontohkan keshalehan dan tidak mendidik mereka,
berdoa minta sehat tapi mengkonsumsi sesuatu yang mendatangkan penyakit,
berdoa minta rizki tapi tidak mau berusaha meraih yang halal, begitulah
seterusnya. Ini yang kita maksud dengan mengkhianati doa sendiri.
Kadang ada orang salah paham, dia tidak mau berusaha karena katanya
“rizki kan di tangan Tuhan.” Kalimat itu tidak salah, yang banyak orang
salah adalah memahaminya; seolah-olah rizki itu akan kita dapat secara
otomatis, mereka berkata: “sekalipun usaha, kalau bukan rizki kita tetap
saja tidak dapat.” Padahal Allah swt memang sudah menyediakan rizki
buat kita, bahkan tidak ada makhluk di muka bumi ini, kecuali sudah ada
rizkinya. Karena sudah ada dan disediakan, maka kita tinggal
mengambilnya, bukan berpangku tangan. Kambing itu bisa menjadi rizki
kita, tapi kitapun harus berusaha dengan menyembelihnya secara benar,
membersihkannya, memasaknya untuk selanjutnya memakannya, baru jadi
rizki kita. Apa yang sudah di depan mata, kita masih harus berusaha agar
menjadi rizki kita, apalagi rizki yang Allah sediakan di laut, di
gunung hingga di pulau lain dan di belahan bumi yang lain.
Siti Hajar telah mencontohkan kepada kita bahwa meskipun ia berbaik
sangka kepada Allah swt Yang Maha Pemberi Rizki, tapi ia tetap berusaha
untuk mencari rizki, namun ketika mencari rizki, perhatian dan
tanggungjawab utama kepada pendidikan anak tetap dilaksanakan hingga
Ismail menjadi anak yang shaleh dan selalu menunjukkan ketaatan yang
luar biasa kepada Allah swt dan orang tuanya. Bangunan berupa pilar
setengah lingkaran di dekat Ka’bah merupakan monumen bersejarah yang
disebut dengan hijr Ismail (pangkuan Ismail), disitulah dulu Ismail
diasuh oleh ibunya.
Karena itu, berjalan dalam rangka berusaha mencari rizki secara halal
untuk bisa menafkahi diri dan keluarga termasuk berada di jalan Allah
swt, Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُحْتَرِفَ، وَمَنْ كَدَّ عَلَى
عِيَالِهِ كَانَ كَاالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan trampil.
Barangsiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka
dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah azza wa jalla (HR.
Ahmad).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati Allah.
Prinsip hidup Ketiga yang harus kita wujudkan sebagaimana telah dimiliki
oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya adalah memiliki hati yang bersih
dan tajam. Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami
kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor
bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal
yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci. Oleh karena itu,
bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik
adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah saw
bersabda:
التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap
dosa, karena dosa adalah kekotoran yang sangat merusak jiwa. Karena
itu, Nabi Ibrahim as sampai berdoa agar jangan sampai hatinya kotor,
karena hal itu hanya akan membuatnya menjadi terhina, apalagi pada hari
kiamat:
وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ. إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu)
di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy Syu’araa [26]:87-89).
Setelah hati bersih, maka hatipun menjadi tajam sehingga orang yang
hatinya tajam amat mudah membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
mana yang diperintah dan mana yang dilarang. Karena itu, Nabi Ibrahim
as dan anaknya Nabi Ismail cepat paham dan nyambung terhadap perintah
Allah swt untuk menyembelih Ismail meskipun hanya dengan isyarat mimpi.
Dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang hatinya tumpul karena sudah
berkarat dengan dosa, sehingga jangankan bahasa isyarat, bahasa yang
terang, jelas dan tegas saja bahwa hal itu diperintah atau dilarang
tetap saja tidak paham atau tidak mau dipahami.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Berbahagia.
Keempat yang merupakan prinsip hidup yang kita ambil dari Nabi Ibrahim
as dan keluarganya adalah Tidak Menyombongkan diri atas kebaikan yang
dilakukannya. Dalam kehidupan manusia, banyak orang baik merasa paling
baik, bahkan merasa sebagai satu-satunya orang atau kelompok yang baik.
Begitu pula ada orang yang berusaha menjadi orang yang benar tapi merasa
sebagai orang yang paling benar atau satu-satunya yang benar. Ini
merupakan kesombongan atas kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya.
Sikap seperti ini merupakan sesuatu yang tidak baik sekaligus
menunjukkan bahwa dia orang yang tidak memahami sejarah. Karena itu,
Nabi Ismail as menegaskan kepada ayahnya Nabi Ibrahim as ketika
diceritakan mimpi ayahnya dengan mengatakan:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي
الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ
افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS
Ash Shaffat [37]:102).
Apa yang dikemukakan Nabi Ismail as menunjukkan ia seorang
remaja dengan kepribadian yang matang. Ia langsung menangkap perintah
Allah swt dari cerita mimpi ayahnya, bahkan ia siap melaksanakannya
dengan segala konsekuensinya. Yang amat mengagumkan adalah ia mengatakan
insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. Itu
artinya ia memang siap menunjukkan kesabaran, tapi ia tidak mengklaim
sebagai anak yang paling sabar apalagi mengklaim sebagai satu-satunya
orang yang sabar, karena ia tahu bahwa dahulu banyak orang yang sabar,
bahkan mereka jauh lebih sabar dari dirinya. Ini berarti, Ismail bukan
hanya punya pemahaman sejarah bahwa dulu banyak orang yang sabar, tapi
juga begitu tawadhu atau rendah hati dengan mengatakan termasuk orang
yang sabar.
Karena itu, ibadah haji yang sedang dilaksanakan oleh kaum
muslimin dari seluruh dunia mengisyaratkan bahwa kita tidak pantas
berlaku sombong, termasuk sombong atas kebaikan yang kita lakukan, ini
diisyaratkan dengan pakaian ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika
dikenakan saat membungkus tubuh kita menjelang dikuburkan.
Demikian khutbah Idul adha kita pada hari ini, semoga
menjadi poin-poin penting dalam upaya memperbaiki kualitas hidup kita
masing-masing, baik sebagai pribadi, anggota keluarga maupun masyarakat
dan bangsa. Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita pagi ini
dengan sama-sama berdoa:
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau
adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah
kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً
لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng
bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat
hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami.
Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap
kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari
segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ
مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ
الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.
اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا
أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى
مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ
الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ
عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi
antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan
kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula
keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia
ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran,
penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia
warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam
urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami
terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami
orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan
mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i
yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami
kerugian
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia,
kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
Belum ada tanggapan untuk "[Teks] Khutbah Idul Adha 1436 H: "Empat Prinsip Hidup Menteladani Ibrahim" "
Posting Komentar